Jreng! Ada Perusahaan RI Diam-Diam Sudah Impor Bijih Nikel

Jreng! Ada Perusahaan RI Diam-Diam Sudah Impor Bijih Nikel

A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan terdapat perusahaan asal Indonesia yang melakukan kegiatan pembelian bijih nikel dari luar negeri. Padahal, Indonesia sendiri merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia saat ini.

Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Muhammad Wafid membeberkan terdapat perusahaan yang telah melakukan impor bijih nikel dari Filipina. Perusahaan tersebut beralasan, saat ini perusahaan mengalami kekurangan pasokan bahan baku bijih nikel di dalam negeri.

“Ada isu nikel yang diimpor https://sportifkas138.shop/ dari Filipina karena smelter kekurangan bahan,” kata Wafid di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/8/2023).

Namun, Wafid memastikan bahwa berdasarkan perhitungan seluruh Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) nikel yang dikeluarkan, bijih nikel untuk pasokan smelter di dalam negeri saat ini seharusnya masih mencukupi.

“Saya sampaikan bahwa saya coba hitung seluruh RKAB yang sudah kita setujui jumlahnya berapa, input nikel yang dibutuhkan berapa, hasilnya masih cukup. Tidak ada kekurangan di sekitar Sulawesi Utara, jadi terpaksa harus impor, mungkin hal lain ya,” tambah Wafid.

Sebelumnya, Kementerian ESDM memperkirakan daya tahan cadangan nikel Indonesia hanya berada pada kisaran 10-15 tahun saja. Oleh sebab itu, kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru penting untuk segera dilakukan.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah menilai moratorium pembangunan smelter nikel baru perlu segera dilakukan. Khususnya, smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa Nickel Pig Iron (NPI) dan feronikel (FeNi).

“Imbauan Pak Menteri memang (moratorium) lebih baik daripada kesulitan nanti, itu tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10 sampai 15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat,” ujarnya dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/8/2023).

Menurut Agus, pembatasan pembangunan smelter baru berjenis RKEF perlu segera dilakukan lantaran jumlah yang ada saat ini sudah cukup banyak. Setidaknya, berdasarkan catatan Kementerian ESDM, terdapat 97 proyek smelter yang menggunakan teknologi ini.

“Jadi ya tentu kita harus pertimbangkan segitu banyak. Apakah ada cadangan atau enggaknya,” kata dia.

Agus mengatakan moratorium pembangunan smelter baru nantinya hanya terbatas pada smelter berjenis RKEF. Sementara pemerintah akan tetap terbuka dengan pembangunan smelter baru berjenis hidrometalurgi.

“Itu tidak diartikan bahwa seluruh smelter ditutup yang dihimbau oleh Pak Menteri adalah yang pirometalurgi tapi tidak hidrometalurgi. Hidrometalurgi kita tetap masih terbuka untuk itu,” tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*