Nikel Makin Sekarat, RI Siap-Siap Setop Proyek Pabrik Baru

Nikel Makin Sekarat, RI Siap-Siap Setop Proyek Pabrik Baru

A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan pihaknya berencana untuk melakukan penghentian atau moratorium pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru.

Pasalnya, cadangan bijih nikel RI semakin menipis, berbanding terbalik dengan jumlah proyek smelter baru yang semakin membludak.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut, pihaknya masih berdiskusi dengan Menteri Perindustrian ihwal pembatasan smelter nikel kelas dua yang menghasilkan produk feronikel (FeNi) maupun Nickel Pig Iron (NPI). Hal ini perlu dilakukan mengingat, izin smelter ada yang berupa Izin Usaha Industri (IUI) di bawah kewenangan Kementerian Perindustrian.

“Nanti kita lihat, komunikasi https://138kas.info/ dengan Perindustrian,” kata Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (26/10/2023).

Arifin pun berharap program hilirisasi nikel tidak hanya berhenti pada barang setengah jadi, melainkan produk hilirisasi yang mengarah pada industrialisasi.

“Pokoknya semua yang produk-produk yang sampai di situ ya kita arahkan supaya ke depannya diterusin sampai hilirnya,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM buka-bukaan perihal cadangan nikel Indonesia yang kian menipis. Dalam catatan, cadangan nikel Indonesia bisa habis dalam kurun waktu 6-11 tahun lagi. Menipisnya cadangan nikel di Indonesia sejatinya imbas dari banyaknya pembangunan smelter.

Tercatat, untuk nikel melalui proses pirometalurgi atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter. Sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter.

Dengan smelter yang ada, konsumsi bijih nikelnya untuk pirometalurgi dengan kadar tinggi, yaitu saprolite, adalah sebesar 210 juta ton per tahun. Dan untuk hidrometalurgi yang menghasilkan bahan baku komponen baterai, memerlukan bijih nikel kadar rendah, yaitu limonite, sebesar 23,5 juta ton per tahun.

Saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi, di antaranya untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter dalam tahap konstruksi.

Bahkan, masih ada rencana pembangunan smelter pirometalurgi sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.

“Total smelter yang ada sampai dengan saat ini, belum lagi yang terbaru, itu ada 116 smelter,” terang Staf Khusus Menteri ESDM bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (19/10/2023).

Irwandy menyebutkan secara keseluruhan cadangan nikel baik jenis saprolite dan limonite kira-kira tersisa 5,2 miliar ton. Sementara dengan konsumsi yang seperti disampaikan atau mencapai sekitar 210 juta ton saprolite dan 23,5 juta ton limonite, maka umurnya hanya tersisa 6-11 tahun lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*