Pasar Banyak Tutup, Yen Pimpin Pelemahan Mata Uang Asia

ilustrasi uang

Yen Jepang melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (1/5/2023), seiring mayoritas pasar valuta asing libur memperingati Hari Buruh Internasional.

Informasi saja, hanya pasar Jepang, Australia, dan Selandia Baru yang tetap buka selama May Day.

Menurut Refinitiv, mata uang yen melemah 0,4% ke posisi JPY136,83/USD, melanjutkan penurunannya pasca keputusan Bank of Japan (BOJ).

Melansir Reuters, pada Jumat pekan lalu (28/4), BOJ mempertahankan kebijakan moneter yang ada, yang kemudian membuat yen melemah sebesar 1,7% pada hari itu, menjadi penurunan harian terbesar sejak awal Februari.

Pasar mata uang utama FX kemungkinan akan didorong oleh aliran dana di Tokyo, setelah aksi jual yen Jumat.

Sementara, dolar Australia menguat 0,29% di hadapan dolar AS pada Senin. Mata uang ini turun sebesar 1,1% minggu lalu, sempat mencapai level terendah dalam tujuh minggu di posisi $0,6573.

Dolar Selandia Baru melemah tipis 0,02% terhadap greenback AS, tertekan aksi jual usai mencatatkan reli impresif pada minggu lalu.

Sentimen negatif pada Senin yakni terkait kontraksi tak terduga dalam aktivitas manufaktur China pada April dan berita akhir pekan bahwa bank-bank besar AS termasuk JPMorgan Chase & Co (JPM.N) bersaing untuk mengajukan penawaran untuk First Republic Bank.

Pada Selasa (2/4) bank sentral Australia (RBA) diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga sedangkan bank sentral AS The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu dan European Central Bank (ECB) mungkin akan mengejutkan dengan kenaikan setengah poin pada Kamis.

Goldman Sachs memperkirakan bahwa the Fed akan memberi sinyal jeda pada Juni, setelah memberikan kenaikan seperempat poin pada Rabu lusa waktu AS.

“Setelah Mei, kami memperkirakan FOMC akan menahan tingkat suku bunga tetap sepanjang tahun, meskipun ada beberapa kemungkinan jalur yang dapat dilakukan, yang sangat tergantung pada seberapa parah tekanan perbankan mempengaruhi perekonomian,” kata analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan kepada klien, dikutip Reuters, Senin (1/5).

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*