Paus Fransiskus telah menyelesaikan lawatan resminya di Budapest, Hungaria, Minggu (30/4/2023). Dalam pidato penutupan lawatan itu, Paus meminta warga Hungaria untuk “terbuka” terhadap para migran.
Hal tersebut dikatakannya sebagai buntut dari Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban yang memiliki sikap anti-imigrasi yang kuat. Apalagi, Hungaria yang berbatasan dengan Ukraina menjadikan isu ini sebagai isu rasisme yang panas.
Namun, Viktor secara konsisten terus menggemakan sikapnya yang menentang imigrasi dan meminta orang-orang untuk bisa memahami bahwa sikap seperti itu sama sekali bukan rasisme.
Untuk itulah, di tengah puluhan ribu orang yang hadir memadati alun-alun pusat Budapest, Paus secara khusus mendesak semua orang, termasuk mereka yang memiliki tanggung jawab politik dan sosial, untuk lebih terbuka terhadap imigran.
“Mari kita mendorong satu sama lain untuk semakin membuka pintu (imigrasi). Menyedihkan dan menyakitkan, melihat pintu (imigrasi) yang tertutup,” ujarnya dikutip dari AFP, Minggu (30/4/2023).
Hal ini pun mendapat sambutan positif dari beberapa masyarakat setempat yang hadir. Mereka mengaku kagum dengans sikap Paus menggemakan keterbukaan terhadap imigrasi.
Pemerintahan Orban sendiri mengeklaim, selalu menyambut mereka yang melarikan diri dari perang di Ukraina. Tetapi, para aktivis mengatakan hampir tidak ada sistem pendukung dan desakan dari Orban untuk mempertahankan hubungan dengan Moskow, juga sikap ramah terhadap warga Ukraina.
Sepanjang kunjungannya ke Budapest yang kedua sejak persinggahan singkat tahun 2021 itu, PausĀ yang kini berusia 86 tahun itu terus menekankan sikap ramah terhadap para imigran yang melarikan diri dari kemiskinan maupun dari zona konflik.
Contohnya saja pada kunjungan hari Sabtu (29/4/2023), Paus Fransiskus berpidato kepada para pengungsi yang kebanyakan dari negara tetangga Ukraina dan orang miskin di sebuah gereja Budapest.